Sumber gambar : formula1.com Masa depan Sebastian Vettel yang masih simpang siur memang memunculkan beragam isu-isu. Termasuk adanya desas-desus kepindahannya ke Mercedes. Meski masih belum ada pernyataan resmi, Valtteri Bottas sudah bersiap diri jika memang dirinya tak lagi dilirik Mercedes. Berdasarkan laporan dari planetf1.com, Didier Coton selaku manajer Bottas telah melakukan pembicaraan dengan Renault. Mereka berupaya mengamankan satu kursi di tim tersebut. Selain Bottas, ada sejumlah pembalap yang diisukan turut berbincang dengan Renault. Fernando Alonso serta Sebastian Vettel adalah dua diantaranya. Di sisi lain, jika Bottas benar-benar tak lagi jadi panji Mercedes maka kursinya diprediksi akan diperebutkan Vettel dan George Russell. Situasi yang serba tak menentu ini menuntut Bottas segera mengambil keputusan bahkan sebelum Mercedes berdiskusi dengan para pembalapnya saat ini. Kondisi ini memantik reaksi dari bos Mercedes Toto Wolf. Ia secara tegas tidak terpengaruh dengan riuhnya 'bursa transfer' pembalap musim depan karena tak ingin menghabiskan musim 2020 dengan pembalap yang pergi dari tim di akhir musim. "Faktanya, pengumuman tim lain untuk komposisi pembalap di 2021 yang sangat awal seperti saat ini justru akan buat mereka pusing sepanjang tahun ini" ujar Toto. So, apakah Bottas tetap tinggal atau justru mengucap selamat tinggal? AuthorDewa Putu Ardita DP
0 Comments
Sumber gambar : f1.com Sering kita mendengar berita-berita tentang atlet yang diberi stimulus berupa bonus jika memenangkan sesuatu. Ternyata, hal ini berlaku pula pada pembalap F1. Salah satunya yang dialami Daniel Ricciardo. Pembalap yang dikenal ceria serta murah senyum ini bakal girang di musim depan kala membesut McLaren. Pasalnya, Ricciardo bakal dapat tambahan pundi-pundi uang bila berhasil meraih tempat di podium hingga juara di tiap race. Berdasarkan data dari gpblog.com, pria asal Australia tersebut akan diganjar insentif uang 400 ribu euro bila berhasil naik podium. Nah, kalau berhasil jadi yang terdepan ia bakal mengantongi bonus yang lebih besar lagi yakni 1 juta euro. Jika menghitung memakai nilai tukar pada Jumat (22/5) dengan 1 euro sama dengan 16.241 rupiah maka bonus saat Ricciardo naik podium sebesar kurang lebih 6,5 miliar rupiah. Jika menang akan memperoleh hingga 16,2 miliar rupiah. Wah, bisa buat beli berapa bakso ya? Jika berbicara perjalanan Ricciardo bersama Renault di 2019 lalu sebenarnya tidaklah buruk. Ia berhasil finis peringkat sembilan dengan mengantongi 54 poin. Namun, jika dibandingkan dengan pembalap lain di luar tim top three, dirinya masih kalah dengan Carlos Sainz yang tembus peringkat enam bersama McLaren. Kira-kira musim depan apakah kita bakal lihat Ricciardo tersenyum di atas podium? Ya kita lihat saja nanti. AuthorDewa Putu Ardita DP Sumber gambar : essentiallysports.com Pekan lalu, Ferrari mengumunkan Sebastian Vettel tak lagi jadi bersama mereka pada musim 2021 mendatang. Kondisi ini membuat masa depan pembalap asal Jerman itu masih jadi teka-teki. Berbagai tim dikaitkan dengannya seperti Mercedes dan Renault namun hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Vettel terkait ke mana ia akan berlabuh. Menilik kondisi yang dialami Vettel dan Ferarri sekarang, Jean Todt pun angkat bicara. Ia berpendapat jika faktor kekompakan dalam tim menjadi kunci. Presiden FIA itu pun membandingkan saat era Schumacher, ketika ia menjadi team principal tim kuda jingkrak tersebut yang dikatakannya lebih kompak menghadapi situasi senang atau pun susah. "Bersama dengan Michael dan seluruh tim di Ferrari, kami meraih sangat banyak kesuksesan sebab kami sangat menyatu, kuat, mendukung satu sama lain terutama saat di masa-masa sulit ketimbang di waktu-waktu yang baik" ujarnya dikutip dari autosport.com. Sumber gambar : f1madness.co.za Vettel kini berpacu dengan waktu untuk bisa mengamankan satu tempat di F1 2021. Namun, opsinya kini makin sempit dan banyak yang memperkirakan dirinya akan mengambil keputusan pensiun. Menanggapi hal tersebut, Todt hanya ingin para penggemar berpikir lebih positif akan masa depan Vettel. "Vettel adalah talenta terbesar di motorsport. Masih ada banyak peluang lain. Kita hanya bisa berharap yang terbaik untuknya. Aku benar-benar merasa bahwa siapa pun yang akan merekrutnya, mereka akan sangat beruntung", tukas Todt. AuthorDewa Putu Ardita DP Sumber gambar : autosport.com Kabar kurang mengenakkan datang dari ajang F1. Rencana menggelar GP Silverstone pada Juli mendatang dalam keadaan di ujung tanduk. Ini karena pemerintah Inggris tidak memasukkan olahraga dalam daftar pengecualian karantina. Perlu diketahui, Inggris baru-baru ini mengumumkan rencana karantina 14 hari bagi orang yang datang ke negara tersebut. Kebijakan ini diprediksi akan diterapkan mulai awal bulan Juni mendatang. Pihak F1 sendiri sudah melakukan diskusi dengan pemerintah Inggris guna mendapat kelonggaran bepergian ke negara tersebut. Namun, dengan adanya aturan tersebut akan sangat sulit bagi F1 tetap menggelar balapan di Silverstone pada Juli mendatang meski telah mengantongi bukti 'bebas virus Covid-19'. Dilansir dari pitpass.com, seorang pihak internal F1 mengakui adanya kemustahilan mengadakan balapan GP Silverstone imbas dari aturan 14 hari karantina. "Hal tersebut punya dampak besar bagi puluhan ribu pekerja yang berhubungan dengan kompetisi ini serta rantai logistik. Jika semua olahraga elit kembali disiarkan stasiun TV maka pengecualian harus diberikan". Tidak diberinya pengecualian terbilang masuk akal. Sebab, jika terjadi pelonggaran maka akan menimbulkan celah yang bisa dimanfaatkan sebagian orang untuk bisa bepergian dengan alasan menjadi bagian dari sebuah ajang olahaga. Bos Silverstone Stuart Pringle mengetahui kesulitan yang kini melanda F1. Menurutnya, ini adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi olahraga di tengah pandemi. "Hal ini mungkin memudahkan 70% tim yang bermarkas di Northamptonshire untuk ikut serta dalam balapan. Tapi, 30% tim lainnya akan kesulitan sebab bukan tim yang berasal dari sini", ujarnya dikutip dari autosport.com. Dari sepuluh tim F1 yang ada dalam kompetisi, tiga tim berasal dari luar Inggris yaitu Ferrari, Alfa Romeo dan AlphaTauri. Lebih lanjut, Stuart berharap adanya aturan yang bisa mengakomodasi kompetisi olahraga khususnya F1 agar bisa tetap berlangsung di saat pandemi. AuthorDewa Putu Ardita DP |